Senin, 25 Oktober 2010

Merapi dan Raden Ngabehi Surakso Hargo (Mbah Marijan)

Mungkin jarang orang mengenal nama Raden Ngabehi Surakso Hargo, abdi dalem Kraton Yogyakarta yang diberi tugas sebagai juru kunci Gunung Merapi. Namun, siapa yang tidak mengenal nama Mbah Marijan? Apalagi saat ini ketika Gunung Merapi sedang pasang aksi mengeluarkan harta karunnya, nama Mbah Marijan sebagai Juru Kunci Gunung Merapi semakin sering terdengar.
Kesetiaan dan kecintaan Mbah Marijan terhadap profesinya tidak ada yang dapat meragukan. Telah berpuluh-puluh tahun beliau mengabdikan diri untuk memelihara dan mengawasi aktifitas Gunung Merapi. Entah sudah berapa kali Mbah Marijan menyaksikan dan merasakan akibat dari aksi Merapi, bahkan di tahun 1994 ketika awan panas sudah melintas di atas rumahnya, Sang Juru Kunci ini tetap setia dengan tugasnya.Saat ini banyak pihak dibuat "heboh" oleh Mbah Marijan karena keteguhannya untuk tetap tinggal di rumahnya, di saat Merapi sudah "mengguncang dunia" dengan beritanya. Padahal Sri Sultan HB X selaku Gubernur DIY sudah menginstruksikan warga sekitar Merapi untuk evakuasi. Bahkan Kapolres sudah meminta kepada Mbah Marijan secara langsung untuk mau dievakuasi. Beliau tetap menolak. Mungkin kekhawatiran aparat ini bukan hanya karena mengkhawatirkan keselamatan beliau, tapi juga karena ada sebagian masyarakat yang mengikuti sikap beliau sehingga tidak mau dievakuasi.

Menurut Mbah Marijan, yang harus dilakukan saat ini adalah berdoa, nyenyuwun mohon perlindungan dan keselamatan pada Gusti Allah. "Kita semua tidak ada yang dapat mendahului kehendak Tuhan, sehingga tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, oleh karena itu sebaiknya kita meminta pertolongan dari-Nya. Mbah Marijan juga menghimbau "Jangan sebut awan panas itu sebagai wedus gembel, itu penghinaan terhadap Allah dan ciptaan-Nya. Jangan bilang Merapi mbledos, kata-kata seperti itu hanya akan membuat Allah semakin tak senang

Yang Menarik ..!
Nama Mbah Maridjan moncer saat Merapi meletus 2006. Kala itu Mbah Maridjan menolak mengungsi karena dia mengaku mendapat tugas dari (alm) Sultan HB IX untuk menjaga Merapi dan belum ada perintah baginya untuk pergi. Padahal HB X yang juga Gubernur Yogyakarta telah meminta Mbah Maridjan untuk turun gunung.

Mbah Maridjan mengabaikan permintaan HB X karena menganggap anak HB X itu bukan raja, melainkan gubernur. Nama Mbah Maridjan yang menjadi bibir membuat sebuah perusahaan minuman energi mengontraknya sebagai bintang iklan. Rosa!

Terlepas dari kontroversi mengenai benar salahnya sikap Mbah Marijan di atas. Aku pribadi sangat salut terhadap Sang Juru Kunci Merapi ini. Salut terhadap pengabdiannya dan kecintaan yang tulus pada profesinya, bukan pengabdian kepada atasannya. Salut terhadap kepasrahannya dan kepercayaannya yang mendalam terhadap Gusti Allah. Salut kepada apresiasinya yang sangat tinggi pada ciptaan-Nya. Bagi Mbah Marijan, profesi sebagai juru kunci Merapi adalah pengabdian kepada Sang Pencipta juga.

Tidak ada komentar: