Kamis, 02 Desember 2010

Raja pembongkar korupsi

Bagi para penggemarnya, Julian Assange adalah seorang pejuang kebenaran yang gagah berani. Bagi para pengkritiknya, dia adalah pencari publisitas yang telah membahayakan jiwa banyak orang dengan menyajikan informasi peka ke ranah publik.

Assange adalah seorang wartawan Australia, aktivis internet yang dikenal sebagai juru bicara dan Pemimpin Redaksi Wikileaks, situs internet yang memasang dokumen-dokumen rahasia. Diluncurkan tahun 2006, organisasi nirlaba itu memiliki misi membocorkan informasi rahasia untuk memerangi korupsi pemerintah dan korporasi.

Menurut orang-orang yang pernah bekerja dengannya, Assange penuh semangat, ambisius, dan sangat cerdas, dengan kemampuan luar biasa untuk memecahkan kode-kode komputer.

NOMADEN
Dia telah tinggal di beberapa negara. Dia mengatakan akan terus berpindah-pindah untuk menangani Wikileaks dari lokasi yang berubah-ubah. Dia bisa lama tidak makan dan memusatkan perhatian kepada pekerjaan dengan hanya sedikit tidur, demikian menurut Raffi Khatchadourian, reporter majalah New Yorker yang selama beberapa pekan bepergian dengannya, seperti disebutkan dalam profil yang disiapkan BBC News.

”Dia menciptakan atmosfer di sekelilingnya, yang membuat orang-orang yang dekat dengannya ingin mengurusnya untuk membantu dia terus bekerja,” kata Khatchadourian. ”Ini mungkin karena karismanya.”

Julian Paul Assange lahir di Townsville, Queensland, Australia, tahun 1971, dari orangtua yang menjalankan sebuah kelompok teater keliling sehingga sering berpindah-pindah.

Dia meninggalkan rumah kala berusia 16 tahun dan pada usia 18 tahun mempunyai seorang putra. Dia dan pacarnya kemudian berebut hak pengasuhan anak.

Tahun 1992, Assange ditangkap polisi federal Australia dan mengaku bersalah atas 24 tuduhan kegiatan hacking dan dibebaskan dengan denda 2.100 dollar Australia.

Dia sempat belajar fisika dan matematika di Universitas Melbourne walau tidak sampai mendapat gelar.

Assange memulai Wikileaks—yang tidak ada hubungannya dengan Wikipedia—tahun 2006 bersama sekelompok orang dengan pikiran serupa: membocorkan dokumen-dokumen rahasia untuk memerangi korupsi pemerintah dan korporasi.

Dia duduk dalam badan penasihat dengan sembilan anggota dan, walau tak mau disebut sebagai ”pendiri”, keputusan menerbitkan dokumen ke situs itu ada di tangannya.

Pembocoran dokumen mengenai Irak, Afganistan, dan Iran membuatnya dianggap berbahaya bagi pemerintah tertentu. Itu salah satu alasan dia terus berpindah-pindah. (Reuters/DI)


ini tampangnya :INILAH JULUKAN AS BAGI PEMIMPIN DUNIA
Dokumen-dokumen Departemen Luar Negeri AS yang bocor dan dipublikasikan situs web Wikileaks mengungkapkan berbagai julukan yang dibuat para diplomat AS bagi sejumlah pemimpin negara di dunia. Berikut ini adalah beberapa dari julukan itu, sebagaiman dilansir Telegraph.co.uk, Selasa (30/11/2010). Dapakah Anda menebak siapa yang dimaksudkan?

Pertanyaan (jawaban di bawah)

01. Siapa yang digambarkan berperilaku seperti "Batman" kepada yuniornya yang dijuluki sebagai "Robin"?

02. Pemimpin Eropa mana yang dinilai diplomat AS sebagai "si lemah, payah, dan tidak efektif"?

03. Pemimpin mana yang dijuluki "kaisar tanpa jubah kebesaran" serta disebut "perasa dan otoriter"?

04. Siapa yang dicap sebagai "Teflon" karena tidak ada yang bisa menempel padanya?

05. Siapa yang disebut "pria yang sangat lemah"?

06. Siapa yang terkungkung oleh "ego dan keyakinannya"?

07. Siapa yang dibandingkan mirip dengan Adolf Hitler?

08. Siapa yang dicap sebagai "lelaki tua yang lembek"?

09. Siapa yang tidak dapat bepergian tanpa seorang perawat Ukraina yang "menggiurkan" dan ketakutan saat terbang di atas air?

10. Siapa yang "merasa yakin akan Tuhan, tetapi tidak memercayai-Nya"?

Jawaban

01. Batman adalah Vladimir Putin, Perdana Menteri Rusia, sementara Robin-nya adalah Dmitry Medvedev, Presiden Rusia.

02. Silvio Berlusconi, Perdana Menteri Italia.

03. Nicholas Sarkozy, Presiden Perancis.

04. Angela Merkel, Kanselir Jerman.

05. Hamid Karzai, Presiden Afganistan.

06. Robert Mugabe, Presiden Zimbabwe.

07. Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran.

08. Kim Jong-il pemimpin Korea Utara.

09. Moamer Kadhafi, pemimpin Libya.

10. Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Turki.


WIKILEAKS: SAUDI MINTA AS SERANG IRAN
Situs web online peniup peluit (whistle-blower) WikiLeaks mulai menerbitkan lebih dari 250.000 dokumen diplomatik dari kedutaan-kedutaan besar AS di seluruh dunia, Minggu (28/11/2010), yang mengundang kecaman tajam Gedung Putih dan para pemimpin Kongres AS. Dari ribuan dokumen yang dibocorkan, antara lain, tentang raja Arab Saudi yang secara pribadi mendesak Amerika Serikat untuk menyerang Iran demi menghancurkan program senjata nuklir negera republik Islam itu.

WikiLeaks, yang mengatakan server-nya mengalami serangan elektronik pada Minggu sore, mengatakan, dokumen-dokumen tersebut merupakan pengungkapan terbesar yang pernah ada tentang informasi rahasia dan memberikan kepada dunia wawasan yang belum pernah punya preseden tentang kegiatan luar negeri Pemerintah Amerika Serikat. "Dokumen-dokumen itu menunjukkan, AS memata-matai sekutu-sekutunya dan PBB; menutup mata terhadap korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia di 'negara-negara yang menjadi klien'; mengadakan perjanjian rahasia dengan negara-negara yang seharusnya menjadi negara netral; dan melobi untuk kegiatan perusahaan-perusahaan AS," kata pemimpin redaksi dan juru bicara WikiLeaks, Julian Assange, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Minggu malam, sebagaimana dikutip CNN.

"Pembeberan dokumen ini mengungkapkan kontradiksi antara persona publik AS dan apa yang dikatakannya di balik pintu tertutup, dan menunjukkan bahwa warga suatu negara demokrasi ingin pemerintah mereka bisa mencerminkan keinginan mereka, mereka meminta untuk melihat apa yang terjadi di balik layar."

Namun, Juru Bicara Gedung Putih Robert Gibbs mengecam pembeberan dokumen itu. "Penerbitan dokumen-dokumen tersebut akan membahayakan para diplomat kami, para intelijen profesional dan orang-orang dari seluruh dunia yang datang ke Amerika Serikat untuk upaya mempromosikan demokrasi dan pemerintahan yang terbuka. Dengan membeberkan dokumen-dokumen yang dicuri dan dirahasiakan, WikiLeaks telah menempatkan dalam bahaya tidak hanya hak asasi manusia, tetapi juga kehidupan dan pekerjaan orang-orang ini," kata Gibbs. "Kami mengutuk keras pengungkapan yang tidak sah dari dokumen-dokumen rahasia dan informasi keamanan nasional yang sensitif."

Bocoran dari WikiLeaks menyebutkan, pemimpin Arab Saudi sering mendesak AS untuk menyerang Iran demi mengakhiri program senjata nuklir Iran. Bocoran itu mengungkapkan, Raja Arab Saudi, Abdullah, meminta kepada Amerika untuk "memotong kepala ular itu (Iran)" pada sebuah pertemuan tahun 2008. Bocoran itu juga mengungkapkan bagaimana para pemimpin di Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Mesir menyebut Iran "jahat" dan sebuah kekuasaan yang "akan membawa kami ke dalam perang".

Bocoran itu, sebagaimana dilansir Telegraph.co.uk, juga mengungkap tindakan para pejabat Amerika yang memata-matai kepemimpinan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon. Dalam dokumen-dokumen itu, diplomat Amerika juga membandingkan Presiden Iran Ahmadinejad dengan Adolf Hitler dan melabel Presiden Perancis Nicolas Sarkozy sebagai "kaisar tanpa busana". Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin disebut sebagai seekor "anjing alpha". Presiden Afganistan Hamid Karzai sebagai orang "yang didorong oleh paranoia".


Geger, Amerika Punya Nuklir di Belanda!
Situs WikiLeaks bikin geger lagi dengan rilis terbarunya yang masih terkait pembongkaran dokumen rahasia diplomatik secara bertahap.
Kali ini, Senin (29/11/2010), organisasi yang didirikan Julian Assange itu merilis informasi sensitif soal proyek senjata nuklir Amerika Serikat di Eropa.
Itu terungkap lewat memo dari Duta Besar AS untuk Jerman yang diunggah WikiLeaks pada http://cablegate.wikileaks.org/cable...ERLIN1433.html
Dalam sebuah diskusi tentang penarikan senjata AS dari Eropa, memo tersebut menyatakan: "Penarikan senjata nuklir dari Jerman dan mungkin dari Belgia dan Belanda bisa sangat mempersulit secara politik bagi Turki untuk mempertahankan cadangannya sendiri."
Memo itu ditulis oleh Duta Besar AS Philip Murphy pada November 2009. Kerajaan tidak pernah menyatakan bahwa nuklir tersebut berada di negeri Belanda.
Anggota Parlemen dari Partai Sosialis Belanda, Harry van Bommel, mendesak pemerintah agar tidak lagi diam, dan mengakui keberadaan nuklir tersebut.
Menurut koran Volkskrant, WikiLeaks memiliki 3.021 memo yang dikirim oleh Duta Besar AS di Den Haag, tetapi belum dipublikasikan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Belanda tahun 2003-2007, Ben Bot, sudah merasa bahwa dokumen yang dibocorkan WikiLeaks itu akan menjadi pukulan telak bagi diplomasi Amerika.


ketikan sang hacker:INDONESIA DIMINTA UNTUK BERSIAP
Bakal bocornya dokumen rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta bisa jadi merisaukan banyak pihak. Tak cuma Indonesia tapi juga AS sendiri. Adalah situs wikiLeaks yang mengaku memiliki 3000 bocoran dokumen soal Indonesia. WikiLeaks sebelumnya telah membuat AS kebakaran jenggot karena membocorkan banyak dokumen rahasia negeri adidaya itu.
Pengamat Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, yang dihubungi mengharapkan pemerintah Indonesia siap-siap agar tidak ada reaksi berlebihan dari masyarakat kalau nanti dibocorkan WikiLeaks.

Tidak ada komentar: