VIVAnews -- Gempa besar berkekuatan 7,2 skala Richter (7,7 SR versi USGS) mengguncang Mentawai, Sumatera Barat, pada pukul 21.42 Waktu Indonesia Barat. Lindu terjadi hanya di kedalaman 10 kilometer dan berpotensi tsunami.
Peringatan tsunami diumumkan melalui pengeras suara di masjid, ribuan warga panik dan berpindah ke daerah yang lebih tinggi.
Beberapa saat kemudian, pada pukul 22.38 WIB, peringatan tsunami dicabut dan dinyatakan nihil.
Namun, warga Australia melaporkan menjadi saksi peristiwa tsunami setinggi tiga meter yang terjadi setelah gempa Mentawai.
Adalah Rick Hallet yang mengaku kepada Nine Network bahwa ia berada di kapal carteran yang mereka sewa untuk surfing -- saat dinding air berwarna putih menggulung mereka di perairan Pulau Mentawai, sekitar pukul 22.00 WIB.
Saat itu ada 15 orang dalam kapal, termasuk sembilan warga Australia.
Seperti dimuat SkyNews Australia, Selasa 26 Oktober 2010, gelombang dahsyat itu mendorong sebuah perahu lain ke arah kapal mereka, menabrakkannya, dan menyebabkan ledakan. Bola api muncul di bagian belakang kapal.
Hallet mengaku, ia memerintahkan semua orang pergi ke dek teratas, melemparkan benda apapun yang bisa mengapung -- seperti papan selancar -- lalu terjun ke laut.
Beberapa tamu terbawa 200 meter ke arah pulau dan tinggal di atas pohon hingga diselamatkan perahu lain 90 menit kemudian.
Untungnya tak ada satupun yang hilang atau tewas, namun ia melihat banyak puing-puing yang mungkin berasal dari sebuah resort di Pulau Pagai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar