Selasa, 19 Oktober 2010
Suara ngorok Pembawa Maut
Penyakit ngorok atau Septichaemia epzootica/SE merupakan penyebab utama kematian ternak kerbau di Provinsi Jambi, kata Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi Hanif Lubis. Dalam penjelasannya di Jambi, Kamis (16/4), ia mengatakan, setiap tahun rata-rata kematian kerbau mencapai 50 ekor, terutama pada musim hujan seperti saat ini yang disebabkan terserang penyakit ngorok.
“Kendati penyakit ngorok itu menimbulkan kematian pada kerbau, namun tidak berbahaya atau menular pada manusia yang mengkonsumsi dagingnya,” katanya. Kerbau yang terserang penyakit ngorok itu bisa disembelih dan dagingnya aman dikonsumsi, atau tidak berbahaya seperti penyakit mulut dan kuku serta antraks.
Penyakit ngorok itu rawan menyerang ternak saat musim hujan karena sebagian besar kerbau milik warga itu dibiarkan berkeliaran di alam bebas tanpa dikandangkan atau dirawat dengan baik. Serangan penyakit tersebut bisa dicegah atau diatasi bila warga mau mengembalakan atau memelihara ternaknya dengan baik, seperti dikandangkan dan divaksinasi secara rutin, minimal satu kali setahun.
“Aparat Dinas Peternakan setempat juga agak kewalahan dalam melakukan vaksinasi, karena pengembalaan secara liar itu menyebabkan kerbau susah diawasi dan ditangkap,” kata Hanif Lubis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar